Mesjid Baiturrahman |
Momentum bermaaf-maafan, seringkali dilakukan di hari raya. Sebelum era digital, kartu ucapan lebaran benar-benar menjadi primadona. Desain indah dan menawan menjadi pilihan banyak orang. Sehingga dari situ sudah tentu melibatkan banyak orang untuk menghasilkannya. Sebelum naik cetak, pastinya ada team grafis dan desain yang ikut andil bagian. Untuk sampai ke kolega yang kita tuju, kitapun butuh pak pos untuk menyampaikannya, setelah dibubuhi prangko tentunya.
Barangakali kalau mau itung-itungan, satu kartu ucapan plus biaya bisa mencapai Rp.10.000. Sebuah angka yang cukup mahal kalau dibandingkan dengan biaya Sms. Dan cost bisa bertambah, kalau orang yang kita tuju banyak dan jauh tempatnya pula.
Tapi saat ini orang cukup menuangkan kata-katanya sendiri, dapat mengirim ke ratusan orang yang berbeda, dengan tujuan yang beraneka juga. Kata-kata yang cantik dan menarik ataupun hasil sentuhan pengeditan sedikit agar tak terlihat plagiat mewarnai jagat permedsosan. Mudah,murah dan menyenangkan, kurang lebih seperti itu yang bisa kita tafsirkan.
Kartu Lebaran, nasibmu kini tinggal kenangan, tak ada lagi orang berdesakkan di kantor pos dikala jelang hari raya. Padahal sensasimu begitu terasa, “poooos” secuil senyum pak pos dengan motor orange sepadan dengan baju seragamnya menyapa sembari memberikan sepucuk kartu lebaran. Gemercik suara kertas dan tulisan tangan yang penuh kata makna, terlihat jelas. Terkadang ada pantun yang membuat senyum sendiri, tapi tak cukup dibaca sekali. Kartu lebaran itu diraih dan dibaca berkali-kali. Dan biasanya, kita ingin membalasnya kembali. Sehingga romantisme persaudaraan terasa begitu sakinah. Begitu hangat dan personal.
Gambarnyapun aneka rupa, ciri khas yang menonjol ada gambar ketupat, beduk atau gambar tangan bersalaman. Beberapa orangpun memiliki kesenangan yang berbeda, dan penulis sendiri lebih suka dengan gambar masjid raya Baiturrahman Aceh. Tak tahu rasanya kangen banget sama masjid di kota “Serambi Mekah” tersebut. Arsitektur masjid masa lampau tapi tak tertelan zaman.
Kartu lebaran yang kini bersaing dengan pulsa data, kejayaannya sirna terhempas oleh kekarnya Era digital. Akankah masa-masa indah itu akan menghampiri kembali ? Sepertinya sangat sulit untuk membangkitkan semua itu, apalagi masa kini orang sudah akrab dengan video call. Ketika rasa kangen tak tertahankan dan ingin menatap langsung wajah yang dirindukan, tinggal pasang aplikasi tertentu dan bisa langsung bermuwajahah. Canggih kan....? Apalagi dengan jaringan 4G yang menggantikan 3G yang mulai terasa lemot. Belum lagi aplikasi pengeditan photo yang banyak di play store, membuat pengiriman pesan lebih nyentrik dan menarik.
Sebenarnya tidak lenyap banget sih, karena barang yang menjadi langka ini masih kita temui di pasaran dan hanya menjadi teman paket parcel atau menjadi surat resmi di kalangan instansi.
Dinamika kehidupan yang sarat sensasi telah membuat sesuatu yang trendi malah menjadi sesuatu yang basi. (Tiesna)
0 Komentar